
Memberikan air susu ibu (ASI) kepada sang buah hati merupakan momen yang berharga dan harus dilakukan oleh ibu. Makanan utama yang paling direkomendasikan untuk bayi baru lahir adalah ASI, baik lahir prematur maupun cukup bulan. Bayi yang baru lahir belum memerlukan tambahan cairan atau makanan lain, kecuali ada indikasi medis.
Sayangnya, ASI terkadang tidak langsung diproduksi dalam jumlah yang cukup di awal-awal kelahiran si buah hati. Hal ini bisa disebabkan karena faktor eksternal ibu seperti sakit berat pada ibu hamil ataupun stres. Oleh karena itu, kita harus mengetahui cara untuk memperbanyak ASI demi mencukupi kebutuhan bayi. Ada banyak cara yang bisa dilakukan oleh ibu, yaitu:
- Perah ASI secara rutin sebanyak 8-12 kali setiap hari (setiap 2-3 jam sekali), termasuk pada malam hari sebelum tidur.
- Selalu pastikan pengosongan payudara. Caranya, lanjutkan memerah selama 2 menit sejak tetes ASI terakhir, sehingga menstimulasi produksi ASI selanjutnya.
- Pemijatan payudara sebelum dan sesudah pemerahan, untuk meningkatkan jumlah dan kandungan lemak ASI.
- Kontak kulit-ke-kulit (skin-to-skin contact) antara ibu dan bayi melalui kangaroo mother care (KMC). Sebagai catatan, cara ini dapat dilakukan apabila kondisi bayi prematur stabil.
- Penuhi asupan nutrisi ibu, termasuk kebutuhan cairan, karbohidrat, lemak baik, protein, vitamin, dan mineral.
- Minta bantuan konselor laktasi, bidan, perawat atau dokter, apabila volume ASI perah (ASIP) terus menerus sedikit.
- Ciptakan suasana yang tenang dan nyaman ketika menyusui ataupun memerah ASI.
- Selalu memerhatikan posisi dan perlekatan yang benar saat menyusui demi kenyamanan ibu dan bayi. Hal ini penting untuk menurunkan risiko lecet pada puting.
Posisi dan pelekatan menyusui yang benar
Posisi:
- Kepala dan badan bayi membentuk garis lurus.
- Wajah bayi menghadap payudara, hidung berhadapan dengan puting susu ibu.
- Badan bayi dekat ke tubuh ibu.
- Ibu menggendong / mendekap badan bayi secara utuh.
Pelekatan:
- Bayi dekat dengan payudara ibu dengan mulut terbuka lebar.
- Dagu bayi menyentuh payudara ibu.
- Bagian aerola atas lebih banyak terlihat dibanding bagian di bawah mulut bayi.
- Bibir bawah bayi memutar keluar (dower).
Lalu bagaimana dengan daun katuk? Pasti ibu sering mendengar mengenai daun katuk untuk meningkatkan produksi ASI. Tak ada yang salah dengan daun katuk. Namun, keberhasilan ibu untuk memproduksi ASI berkualitas tidak hanya dari daun katuk. Penelitian yang dilakukan di RSUPN Cipto Mangunkusumo Jakarta, menunjukkan bahwa kadar protein ASI para ibu yang melahirkan bayi prematur sangat rendah. Hal ini tentu saja bukan yang diharapkan karena protein yang adekuat sangat dibutuhkan bagi pertumbuhan bayi prematur.
Di sinilah diperlukan komitmen yang nyata dari ibu untuk menyusui bayinya yang sejatinya telah dipersiapkan sejak masa kehamilan, bahkan bila mungkin pada masa sebelumnya. Semangat untuk menyusui bayi hendaknya diikuti gaya hidup sehat, termasuk sudah mempersiapkan diri mengonsumsi makanan bergizi seimbang yang terdiri dari karbohidrat (nasi, umbi-umbian, jagung, roti, mie), protein (ikan, daging, telur, tempe, tahu), lemak baik (lemak ikan, minyak zaitun, kacang-kacangan), vitamin, dan mineral dari buah dan sayuran.
Sumber :
1. Ikatan Dokter Anak Indonesia. Cairan Hidup ASI, Bagaimana Mengoptimalkan Produksinya?. 2013. Diunduh dari: https://www.idai.or.id/artikel/klinik/asi/cairan-hidup-asi-bagaimana-mengoptimalkan-produksinya
2. Kementerian Kesehatan RI. Kiat Meningkatkan Produksi ASI. Buku KIA untuk Bayi Kecil. Jakarta: Kementerian Kesehatan dan JICA (Japan International Cooperation Agency). 2021:16-17.


