
Gumoh dan muntah merupakan masalah saluran cerna yang sering dikeluhkan para orangtua, terlebih yang memiliki bayi prematur. Pada prinsipnya kedua keluhan ini menandakan suatu kondisi yang mana terjadi pengeluaran susu dari mulut bayi. Namun gumoh dan muntah merupakan hal yang berbeda. Apa perbedaannya?
Gumoh merupakan hal yang biasa dialami oleh bayi, terutama saat masih beberapa minggu awal kehidupan. Lebih dari separuh bayi akan mengalami gumoh pada bulan-bulan pertama kehidupan. Di usia tersebut, bayi sedang berusaha menyesuaikan diri dengan makanan. Biasanya bayi akan gumoh setelah minum susu. Setelah bayi menelan susu, susu kemudian akan melewati bagian belakang mulut, lalu turun ke kerongkongan, dan diteruskan ke lambung. Di antara kerongkongan dan lambung, terdapat cincin otot dari kerongkongan. Cincin ini menjadi pintu masuk susu ke lambung. Setelah susu masuk ke lambung, cincin akan menutup. Gumoh terjadi tanpa disertai dengan kontraksi dinding perut. Namun jika cincin ini tidak menutup dengan sempurna, susu bisa kembali lagi ke kerongkongan, lalu terjadilah gumoh. Dalam ilmu medis disebut refluks.
Penyebab gumoh bermacam-macam, bisa karena bayi terlalu banyak minum ASI, bayi menangis berlebihan, ada banyak udara yang ikut tertelan ketika mengisap ASI, katup penutup lambung belum “matang” sehingga belum dapat menutup dengan sempurna, atau bayi gagal menelan karena otot penghubung mulut dan kerongkongannya belum “matang”. Itu sebabnya, gumoh sering dialami bayi-bayi prematur. Cara mengatasi gumoh adalah dengan posisi dan perlekatan menyusui yang benar serta menyendawakan setiap kali selesai diberi ASI.
Muntah biasanya memiliki volume cairan yang keluar lebih banyak daripada gumoh. Muntah dikeluarkan dengan cara disemburkan dari perut bayi, disertai dengan kontraksi otot dinding perut. Kadangkala, cairan muntah juga dikeluarkan melalui lubang hidung karena tekanan yang relatif tinggi. Bila bayi muntah, bisa jadi merupakan tanda adanya gangguan kesehatan atau gangguan pada fungsi pencernaannya.
Lalu apa yang dapat kita lakukan untuk mengatasi gumoh pada bayi? Pada saat dokter melihat gejala dan melakukan pemeriksaan fisik dan bayi dan didapatkan kesan sehat, tumbuh dengan baik, pemeriksaan dan perawatan khusus mungkin tidak diperlukan. Gumoh akan membaik dengan sendirinya tanpa perawatan khusus. Gumoh akan semakin berkurang seiring bertambahnya usia. Jika diperlukan, pengobatan akan tergantung pada gejala dan usia bayi.
Ketika sudah mulai makan MPASI, untuk mencegah terjadinya gumoh kita dapat melakukan beberapa hal, diantaranya:
- Memberikan bayi makan atau menyusu dengan jumlah lebih kecil tetapi lebih sering.
- Beri makan bayi dalam posisi tegak.
- Buat makanan menjadi lebih kental misalnya dengan menambahkan sereal bayi.
- Obat-obatan (konsultasikan terlebih dahulu dengan dokter).
Konsultasikan dengan dokter jika bayi mengalami salah satu dari yang berikut ini:
- Berat badan yang tidak bertambah sesuai kurva pertambahan berat badan.
- Gangguan pernapasan atau menolak saat diberi minum.
- Ada bunyi saat bernapas.
- Batuk saat menyusu.
- Suara serak atau menangis.
- Merasa gelisah atau tampak kesakitan.
Hubungi dokter segera jika bayi mengalami tanda bahaya berikut:
- Muntah-muntah berlebihan.
- Muntah disertai darah.
- Kesulitan bernapas.
- Warna kebiruan pada kulit atau sekitar bibir.
- Perut bayi terlihat membesar.
Referensi :
1. Brennan, D. et al.Why Your Baby Spits Up and Vomits.WebMD. 2016
2. Babycenter. Vomiting: What’s Normal and What’s Not. 2013


