
Dikarenakan bayi prematur lahir lebih dini, perkembangan harus menjadi fokus dalam pemantauan jangka panjangnya baik oleh orang tua maupun tenaga kesehatan. Semakin dini bayi prematur lahir, semakin besar dan bervariasi juga kemungkinan masalah terkait perkembangannya. Beberapa anak yang lahir prematur mengalami kesulitan dalam proses berpikir dan belajar, atau masalah dengan perkembangan fisik, sosial ataupun emosional mereka. Yang tidak kalah penting ialah bahwa evaluasi perkembangan bayi prematur harus diperhitungkan dari usia koreksi bayi tersebut.
Pada bayi prematur yang lahir usia 34-36 minggu, organ tubuh mereka telah berkembang lebih sempurna dibandingkan yang lahir < 34 minggu. Namun demikian, perkembangan otak mereka masih terus berjalan sehingga tetap memiliki risiko masalah perkembangan, walaupun dengan risiko yang lebih kecil. Sebagai contoh, terkait kemampuan oromotor nya, mereka mungkin perlu dirawat untuk mencapai berat badan yang cukup serta dilatih untuk mengkoordinasikan kemampuan refleks menghisap, bernapas, dan menelan. Berbeda dengan bayi prematur yang lahir kurang dari 28 minggu dan atau lahir dengan berat badan kurang dari 1.000 gram, mereka memiliki risiko masalah perkembangan yang jauh lebih tinggi. Risiko ini juga akan meningkat jika mereka mengalami komplikasi medis, seperti infeksi berulang, perdarahan, anemia, lamanya penggunaan oksigen selama perawatan di unit perawatan intensif neonatus.
Perkembangan bahasa bayi prematur
Sebagian besar bayi prematur mengalami perkembangan bahasa yang normal namun mungkin sedikit terlambat. Mereka mungkin akan lebih sulit berbicara dan memahami bahasa dibandingkan dengan anak-anak seusianya yang lahir cukup bulan. Masalah berbahasa ini juga bisa menjadi tanda awal adanya masalah pendengaran, berpikir, atau belajar. Oleh karena itu, penting sekali untuk melakukan skrining pendengaran mereka.
Perkembangan fisik pada bayi prematur
Mayoritas bayi prematur, terlebih yang lahir dengan kecil masa kehamilan, berisiko memiliki masalah perkembangan fisik yakni, cenderung kecil dan berat badan yang kurang. Hal ini perlu dipikirkan adanya perawakan pendek khususnya ke arah stunting. Evaluasi kecukupan gizinya harus dilakukan dan mendapatkan perhatian dan tata laksana khusus.
Masalah perkembangan motorik
Sekitar 40% anak yang lahir prematur mengalami gangguan motorik ringan. Ini termasuk masalah dengan:
- Keterampilan motorik halus – seperti, memegang pensil
- Keterampilan problem solving – seperti, mencari cara untuk berjalan melalui rintangan
- Koordinasi visual dan motorik – seperti, mengenali dan mencontoh bentuk
- Keterampilan sensorimotor – seperti, mengambil gelas terisi penuh tanpa menumpahkan isinya
Masalah perkembangan sensorik
Bayi prematur memiliki risiko cukup tinggi, khususnya terkait perkembangan pendengaran, penglihatan dan sensitivitas sensorik. Adanya penyulit atau komplikasi selama perawatan selama dirawat cukup berperan penting terhadap masalah perkembangan ini.
Bayi prematur memiliki risiko yang lebih tinggi untuk menjadi tuli dibandingkan dengan bayi cukup bulan, tetapi sangat sedikit yang memiliki masalah di kedua telinga hingga membutuhkan alat bantu dengar atau implan koklea. Bayi prematur biasanya menjalani tes skrining pendengaran pertama kali saat mereka masih di rumah sakit, setidaknya sebelum pasien pulang.
Bayi prematur juga memiliki risiko yang lebih tinggi untuk mengalami gangguan penglihatan. Mereka cenderung memiliki masalah visual ringan, seperti rabun dekat, rabun jauh, juling, atau sensitivitas kontras. Masalah penglihatan yang lebih parah hingga kebutaan lebih berisiko terjadi pada bayi yang lahir <28 minggu, terlebih yang menggunakan terapi oksigen dengan konsentrasi tinggi dan lama saat perawatan. Bayi yang lahir prematur harus menjalani tes mata secara teratur selama berada di rumah sakit, sehingga bisa memperoleh penanganan lebih dini.
Untuk perkembangan kepekaan sensorik, orang tua harus menyadari bahwa bayi prematur memiliki kepekaan terhadap rangsangan yang tinggi terhadap cahaya dan suara. Beberapa bayi prematur tidak suka memasukkan sesuatu ke dalam mulut dan memiliki kesulitan untuk makan. Selain itu, bayi prematur juga memiliki ambang nyeri yang lebih rendah daripada bayi cukup bulan.
Masalah perkembangan berpikir dan belajar bayi prematur
Perkembangan berpikir dan belajar selalu menjadi kekhawatiran para orangtua bayi prematur. Walaupun lahir prematur identik dengan gangguan perkembangan otaknya, bayi prematur juga bisa memiliki kemampuan berpikir dan belajar seperti bayi cukup bulan, bahkan dapat berprestasi baik di sekolah. Namun, ada beberapa anak prematur akan mengalami gangguan perkembangan dalam hal berpikir dan belajar. Misalnya, mereka mungkin memiliki masalah membaca, merencanakan, serta mengerjakan tugas. Umumnya, orang tua mulai menyadari ketika mereka sudah mulai memasuki usia prasekolah dan sekolah dini, sehingga mereka membutuhkan perhatian dan dukungan ekstra di sekolahnya.
Masalah perkembangan sosial dan emosional bayi prematur
Sebagian besar bayi prematur memiliki proses perkembangan sosial dan emosional yang berbeda dari bayi cukup bulan. Misalnya, pada tahun pertama kehidupan, bayi prematur cenderung kurang berinteraksi dengan orang lain dibandingkan dengan bayi cukup bulan. Mereka cenderung akan lebih diam dan mengalihkan fokus ke hal lain untuk menghindari interaksi dengan orang lain, dan mereka mungkin akan lebih cepat marah dan rewel. Bayi prematur cenderung mengalami kesulitan dalam mengatasi dan mengontrol perasaan. Mereka lebih sulit untuk tetap tenang, makan dengan baik, dan tidur dengan nyenyak. Beberapa bahkan mungkin akan mengalami perasaan rendah diri atau sulit berteman. Berdasarkan studi yang ada, dikatakan hal ini tidak menetap sampai mereka sudah beranjak dewasa. Namun demikian, jika didapatkan hal ini evaluasi ke arah gangguan sosial emosional harus dilakukan dan mendapatkan intervensi dini.
Berdasarkan studi yang berfokus pada perkembangan bayi prematur, mendapatkan bahwa bayi prematur memiliki risiko lebih tinggi untuk mengalami gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktivitas (attention-deficit hyperactivity disorder / ADHD), spektrum autisme, gangguan cemas, dan depresi. Orang tua harus peka untuk bisa melihat tingkah laku, kebiasaan, serta membaca bahasa tubuh mereka untuk mengetahui jika bayi mereka ada kecurigaan ke arah masalah ini.
Untuk memantau proses perkembangan bayi prematur dapat digunakan perhitungan usia koreksi. Berikut ini adalah tahap tumbuh kembang bayi prematur sesuai dengan usia koreksi
Usia 2 bulan (8 minggu)
- Mengangkat kepala dan dada saat tummy time.
- Selalu membuka telapak tangan.
- Menggenggam benda.
- Menggerakkan tangan dan kaki secara aktif.
- Memberikan respons terhadap suara, dan mengeluarkan suara “ooh” dan “aah”.
- Bisa menangis ketika membutuhkan sesuatu.
- Senyum sosial, melakukan kontak mata.
- Menyadari dan senang dengan kehadiran seseorang yang menjaganya.
Usia 4 bulan (16 minggu)
- Memasukkan tangan ke mulut.
- Mengangkat kepala dan mendorong tubuh dengan lengan saat tummy time.
- Tertarik dengan mainan, bahkan mencoba untuk meraihnya.
- Mulai menunjukkan keinginan untuk merangkak saat tummy time.
- Mengarahkan kepala ke arah sumber suara.
- Mengkombinasikan suara “aah-ohh”, “gaa-gooo”.
- Menunjukkan kelekatan dengan orang tua atau pengasuh terdekat.
- Tertarik dengan cermin, tertawa, tersenyum dan bermain ketika melihat dirinya di cermin.
Usia 6 bulan (24 minggu)
- Mampu duduk tanpa topangan.
- Mengangkat dan menggoyangkan benda di tangannya, memegang 2 benda dalam satu waktu.
- Berputar sendiri dari tidur ke posisi tengkurap.
- Menoleh saat namanya dipanggi.
- Mengoceh dengan ucapan “da”, “ga”, “ba”, “ka”.
- Memusatkan perhatian dengan apa yang bisa dilakukan mainannya (seperti mengeluarkan suara musik, memancarkan cahaya).
- Lebih waspada terhadap keadaan sekitarnya.
- Sadar jika orang tuanya ada atau tidak disekitarnya.
- Memberikan respon yang berbeda dengan orang asing yang tidak ia kenal.
- Mengekspresikan perasaan seperti senang, sedih, ataupun marah.
Usia 9 bulan (36 minggu)
- Merangkak dengan aktif dan berdiri dengan topangan.
- Meraih benda kecil dengan jari-jarinya.
- Mengoceh dengan suku kata yang lebih jelas, seperti “baba” dan “mama”.
- Senang apabila diajak bermain ciluk-ba.
- Mengerti beberapa kata-kata yang sering didengar seperti “saatnya mandi” atau “dadaah”.
- Memperhatikan objek lebih teliti (membolak-balikkan ke arah atas dan bawah, memasukkan tangan ke dalam benda yang berlubang)
- Mulai ikut dalam proses makan (mulai ingin menyuap makanan sendiri)
Usia 12 bulan (48 minggu)
- Berdiri sendiri dan mulai melangkah.
- Menaruh benda kecil dalam wadah.
- Mengucapkan kata pertama, seperti “mama” atau “papa”.
- Memberikan benda yang diminta.
- Belajar minum sendiri menggunakan cangkir.
- Lebih mudah dan membantu saat menggunakan baju.
- Lebih senang jika bersama orang tua dan pengasuh terdekatnya.
- Bermain dan berinteraksi dengan anak lain.
Usia di atas 12 bulan
- Berjalan sendiri tanpa dibantu.
- Memanjat kursi, meja, dan perabot rumah tangga lainnya.
- Kosakata berbicara yang bertambah.
- Menunjukkan apa yang diinginkan dengan menarik, menunjuk atau merebutnya.
- Lebih memilih untuk menyuap makanannya sendiri.
- Menyapa dengan kata “hi”.
- Tertarik untuk mendengarkan cerita.
Source:
1. Arichi, T., Counsell, S., Edwards, D., & Burder, E. (2015). Maturation of sensori-motor functional responses in the preterm brain. Cerebral Cortex. doi: 10.1093/cercor/bhv203.
2. Clark, C.A., Woodward, L.J., Horwood, L.J., & Moor, S. (2008). Development of emotional and behavioral regulation in children born extremely preterm and very preterm: Biological and social influences. Child Development, 79(5), 1444-1462. doi: 10.1111/j.1467-8624.2008.01198.x.
3. Johnson, S., Marlow, N., & Wolke, D. (2010). Psychiatric disorders in extremely preterm children: Longitudinal finding at age 11 years in the EPICure study. Journal of the American Academy of Child and Adolescent Psychiatry, 49(5), 453-463. doi: 10.1097/00004583-201005000-00006.
4. Supporting You and Your Preemie: Milestone Guidelines for Premature Babies (Copyright © 2008 American Academy of Pediatrics)


