Dibaca 7 Pengguna
Pemantauan Tahapan Perkembangan pada Bayi Prematur
Di tulis oleh
ganar.gatul@gmail.com
|
05 September 2021
pemantauan-tahapan-perkembangan-pada-bayi-prematur

Dikarenakan bayi prematur lahir lebih dini, perkembangan harus menjadi fokus dalam pemantauan jangka panjangnya baik oleh orang tua maupun tenaga kesehatan. Semakin dini bayi prematur lahir, semakin besar dan bervariasi juga kemungkinan masalah terkait perkembangannya. Beberapa anak yang lahir prematur mengalami kesulitan dalam proses berpikir dan belajar, atau masalah dengan perkembangan fisik, sosial ataupun emosional mereka. Yang tidak kalah penting ialah bahwa evaluasi perkembangan bayi prematur harus diperhitungkan dari usia koreksi bayi tersebut.

Pada bayi prematur yang lahir usia 34-36 minggu, organ tubuh mereka telah berkembang lebih sempurna dibandingkan yang lahir < 34 minggu. Namun demikian, perkembangan otak mereka masih terus berjalan sehingga tetap memiliki risiko masalah perkembangan, walaupun dengan risiko yang lebih kecil. Sebagai contoh, terkait kemampuan oromotor nya, mereka mungkin perlu dirawat untuk mencapai berat badan yang cukup serta dilatih untuk mengkoordinasikan kemampuan refleks menghisap, bernapas, dan menelan. Berbeda dengan bayi prematur yang lahir kurang dari 28 minggu dan atau lahir dengan berat badan kurang dari 1.000 gram, mereka memiliki risiko masalah perkembangan yang jauh lebih tinggi. Risiko ini juga akan meningkat jika mereka mengalami komplikasi medis, seperti infeksi berulang, perdarahan, anemia, lamanya penggunaan oksigen selama perawatan di unit perawatan intensif neonatus.

Perkembangan bahasa bayi prematur

Sebagian besar bayi prematur mengalami perkembangan bahasa yang normal namun mungkin sedikit terlambat. Mereka mungkin akan lebih sulit berbicara dan memahami bahasa dibandingkan dengan anak-anak seusianya yang lahir cukup bulan. Masalah berbahasa ini juga bisa menjadi tanda awal adanya masalah pendengaran, berpikir, atau belajar. Oleh karena itu, penting sekali untuk melakukan skrining pendengaran mereka.

Perkembangan fisik pada bayi prematur

Mayoritas bayi prematur, terlebih yang lahir dengan kecil masa kehamilan, berisiko memiliki masalah perkembangan fisik yakni, cenderung kecil dan berat badan yang kurang. Hal ini perlu dipikirkan adanya perawakan pendek khususnya ke arah stunting. Evaluasi kecukupan gizinya harus dilakukan dan mendapatkan perhatian dan tata laksana khusus.

Masalah perkembangan motorik

Sekitar 40% anak yang lahir prematur mengalami gangguan motorik ringan. Ini termasuk masalah dengan:

  • Keterampilan motorik halus – seperti, memegang pensil
  • Keterampilan problem solving – seperti, mencari cara untuk berjalan melalui rintangan
  • Koordinasi visual dan motorik – seperti, mengenali dan mencontoh bentuk
  • Keterampilan sensorimotor – seperti, mengambil gelas terisi penuh tanpa menumpahkan isinya

Masalah perkembangan sensorik

Bayi prematur memiliki risiko cukup tinggi, khususnya terkait perkembangan pendengaran, penglihatan dan sensitivitas sensorik. Adanya penyulit atau komplikasi selama perawatan selama dirawat cukup berperan penting terhadap masalah perkembangan ini.

Bayi prematur memiliki risiko yang lebih tinggi untuk menjadi tuli dibandingkan dengan bayi cukup bulan, tetapi sangat sedikit yang memiliki masalah di kedua telinga hingga membutuhkan alat bantu dengar atau implan koklea. Bayi prematur biasanya menjalani tes skrining pendengaran pertama kali saat mereka masih di rumah sakit, setidaknya sebelum pasien pulang.

Bayi prematur juga memiliki risiko yang lebih tinggi untuk mengalami gangguan penglihatan. Mereka cenderung memiliki masalah visual ringan, seperti rabun dekat, rabun jauh, juling, atau sensitivitas kontras. Masalah penglihatan yang lebih parah hingga kebutaan lebih berisiko terjadi pada bayi yang lahir <28 minggu, terlebih yang menggunakan terapi oksigen dengan konsentrasi tinggi dan lama saat perawatan. Bayi yang lahir prematur harus menjalani tes mata secara teratur selama berada di rumah sakit, sehingga bisa memperoleh penanganan lebih dini.

Untuk perkembangan kepekaan sensorik, orang tua harus menyadari bahwa bayi prematur memiliki kepekaan terhadap rangsangan yang tinggi terhadap cahaya dan suara. Beberapa bayi prematur tidak suka memasukkan sesuatu ke dalam mulut dan memiliki kesulitan untuk makan. Selain itu, bayi prematur juga memiliki ambang nyeri yang lebih rendah daripada bayi cukup bulan.

Masalah perkembangan berpikir dan belajar bayi prematur

Perkembangan berpikir dan belajar selalu menjadi kekhawatiran para orangtua bayi prematur. Walaupun lahir prematur identik dengan gangguan perkembangan otaknya, bayi prematur juga bisa memiliki kemampuan berpikir dan belajar seperti bayi cukup bulan, bahkan dapat berprestasi baik di sekolah. Namun, ada beberapa anak prematur akan mengalami gangguan perkembangan dalam hal berpikir dan belajar. Misalnya, mereka mungkin memiliki masalah membaca, merencanakan, serta mengerjakan tugas. Umumnya, orang tua mulai menyadari ketika mereka sudah mulai memasuki usia prasekolah dan sekolah dini, sehingga mereka membutuhkan perhatian dan dukungan ekstra di sekolahnya.

Masalah perkembangan sosial dan emosional bayi prematur

Sebagian besar bayi prematur memiliki proses perkembangan sosial dan emosional yang berbeda dari bayi cukup bulan. Misalnya, pada tahun pertama kehidupan, bayi prematur cenderung kurang berinteraksi dengan orang lain dibandingkan dengan bayi cukup bulan. Mereka cenderung akan lebih diam dan mengalihkan fokus ke hal lain untuk menghindari interaksi dengan orang lain, dan mereka mungkin akan lebih cepat marah dan rewel. Bayi prematur cenderung mengalami kesulitan dalam mengatasi dan mengontrol perasaan. Mereka lebih sulit untuk tetap tenang, makan dengan baik, dan tidur dengan nyenyak. Beberapa bahkan mungkin akan mengalami perasaan rendah diri atau sulit berteman. Berdasarkan studi yang ada, dikatakan hal ini tidak menetap sampai mereka sudah beranjak dewasa. Namun demikian, jika didapatkan hal ini evaluasi ke arah gangguan sosial emosional harus dilakukan dan mendapatkan intervensi dini.

Berdasarkan studi yang berfokus pada perkembangan bayi prematur, mendapatkan bahwa bayi prematur memiliki risiko lebih tinggi untuk mengalami gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktivitas (attention-deficit hyperactivity disorder / ADHD), spektrum autisme, gangguan cemas, dan depresi. Orang tua harus peka untuk bisa melihat tingkah laku, kebiasaan, serta membaca bahasa tubuh mereka untuk mengetahui jika bayi mereka ada kecurigaan ke arah masalah ini.

Untuk memantau proses perkembangan bayi prematur dapat digunakan perhitungan usia koreksi. Berikut ini adalah tahap tumbuh kembang bayi prematur sesuai dengan usia koreksi

Usia 2 bulan (8 minggu)

  • Mengangkat kepala dan dada saat tummy time.
  • Selalu membuka telapak tangan.
  • Menggenggam benda.
  • Menggerakkan tangan dan kaki secara aktif.
  • Memberikan respons terhadap suara, dan mengeluarkan suara “ooh” dan “aah”.
  • Bisa menangis ketika membutuhkan sesuatu.
  • Senyum sosial, melakukan kontak mata.
  • Menyadari dan senang dengan kehadiran seseorang yang menjaganya.

Usia 4 bulan (16 minggu)

  • Memasukkan tangan ke mulut.
  • Mengangkat kepala dan mendorong tubuh dengan lengan saat tummy time.
  • Tertarik dengan mainan, bahkan mencoba untuk meraihnya.
  • Mulai menunjukkan keinginan untuk merangkak saat tummy time.
  • Mengarahkan kepala ke arah sumber suara.
  • Mengkombinasikan suara “aah-ohh”, “gaa-gooo”.
  • Menunjukkan kelekatan dengan orang tua atau pengasuh terdekat.
  • Tertarik dengan cermin, tertawa, tersenyum dan bermain ketika melihat dirinya di cermin.

Usia 6 bulan (24 minggu)

  • Mampu duduk tanpa topangan.
  • Mengangkat dan menggoyangkan benda di tangannya, memegang 2 benda dalam satu waktu.
  • Berputar sendiri dari tidur ke posisi tengkurap.
  • Menoleh saat namanya dipanggi.
  • Mengoceh dengan ucapan “da”, “ga”, “ba”, “ka”.
  • Memusatkan perhatian dengan apa yang bisa dilakukan mainannya (seperti mengeluarkan suara musik, memancarkan cahaya).
  • Lebih waspada terhadap keadaan sekitarnya.
  • Sadar jika orang tuanya ada atau tidak disekitarnya.
  • Memberikan respon yang berbeda dengan orang asing yang tidak ia kenal.
  • Mengekspresikan perasaan seperti senang, sedih, ataupun marah.

Usia 9 bulan (36 minggu)

  • Merangkak dengan aktif dan berdiri dengan topangan.
  • Meraih benda kecil dengan jari-jarinya.
  • Mengoceh dengan suku kata yang lebih jelas, seperti “baba” dan “mama”.
  • Senang apabila diajak bermain ciluk-ba.
  • Mengerti beberapa kata-kata yang sering didengar seperti “saatnya mandi” atau “dadaah”.
  • Memperhatikan objek lebih teliti (membolak-balikkan ke arah atas dan bawah, memasukkan tangan ke dalam benda yang berlubang)
  • Mulai ikut dalam proses makan (mulai ingin menyuap makanan sendiri)

Usia 12 bulan (48 minggu)

  • Berdiri sendiri dan mulai melangkah.
  • Menaruh benda kecil dalam wadah.
  • Mengucapkan kata pertama, seperti “mama” atau “papa”.
  • Memberikan benda yang diminta.
  • Belajar minum sendiri menggunakan cangkir.
  • Lebih mudah dan membantu saat menggunakan baju.
  • Lebih senang jika bersama orang tua dan pengasuh terdekatnya.
  • Bermain dan berinteraksi dengan anak lain.

Usia di atas 12 bulan

  • Berjalan sendiri tanpa dibantu.
  • Memanjat kursi, meja, dan perabot rumah tangga lainnya.
  • Kosakata berbicara yang bertambah.
  • Menunjukkan apa yang diinginkan dengan menarik, menunjuk atau merebutnya.
  • Lebih memilih untuk menyuap makanannya sendiri.
  • Menyapa dengan kata “hi”.
  • Tertarik untuk mendengarkan cerita.


Source:

1. Arichi, T., Counsell, S., Edwards, D., & Burder, E. (2015). Maturation of sensori-motor functional responses in the preterm brain. Cerebral Cortex. doi: 10.1093/cercor/bhv203.


2. Clark, C.A., Woodward, L.J., Horwood, L.J., & Moor, S. (2008). Development of emotional and behavioral regulation in children born extremely preterm and very preterm: Biological and social influences. Child Development, 79(5), 1444-1462. doi: 10.1111/j.1467-8624.2008.01198.x.

3. Johnson, S., Marlow, N., & Wolke, D. (2010). Psychiatric disorders in extremely preterm children: Longitudinal finding at age 11 years in the EPICure study. Journal of the American Academy of Child and Adolescent Psychiatry, 49(5), 453-463. doi: 10.1097/00004583-201005000-00006.


4. Supporting You and Your Preemie: Milestone Guidelines for Premature Babies (Copyright © 2008 American Academy of Pediatrics)

Bagikan Artikel
Artikel Lainnya

peran-saudara-kandung-di-rumah-dalam-perawatan-bayi-prematur
Dibaca 9 Pengguna
Peran Saudara Kandung di Rumah Dalam Perawatan Bayi Prematur
Pulang dengan adik baru tentunya akan terjadi banyak perubahan di rumah. Kakak juga pasti sudah menantikan lahirnya sang adik baru selama berbulan-bulan dan akan banyak macam reaksi dari mereka akan perubahan ini. Mereka mungkin akan menanyakan bagaimana kondisi adiknya, apa saja yang akan dibutuhkan adiknya, bahkan banyak perubahan dalam perilaku mereka, seperti bertingkah agak frustasi akan perubahan ini, beberapa akan menunjukkan rasa cemburu terhadap adiknya, dan mereka akan sedikit mencari perhatian anda dengan selalu meminta tolong akan hal-hal yang sebenarnya sudah mereka kuasai sebelumnya. Respon terhadap stres anak akan hal ini berbeda-beda pada tiap anak dan tergantung pada banyak hal. Hal-hal umum yang dapat menyebabkan stres bagi si kakak baru dan beberapa reaksi yang biasanya akan muncul: Stresor: Takut berpisah dari orang tua Perasaan tidak diinginkan di rumah Reaksi umum Menguji otoritas orang tua Mengalami beberapa kemunduran keterampilan Ada banyak faktor yang dapat memengaruhi bagaimana sang kakak akan berperilaku ketika berada disekitar adiknya yang baru lahir: Usia mereka saat adik baru lahir Jenis kelamin mereka dan adik bayi Seberapa lama sang adik tinggal di rumah sakit sebelumnya Respon mereka terhadap proses kelahiran Mengunjungi NICU Bagaimana proses mereka bertemu adik bayi untuk pertama kali Perubahan rutinitas rumah Sebagai orang tua tentu sudah tugas anda untuk mengatasi respon mereka, bagaimanapun itu. Berikut beberapa tips yang dapat anda lakukan agar si kakak merasa bahwa ia juga ‘spesial’ Libatkan mereka dalam proses persiapan untuk membawa adik bayi pulang, ke rumah pertama kali, jika memungkinkan. Miliki rutinitas harian setelah adik bayi pulang Tetapkan tugas khusus bagi mereka untuk ikut merawat adik bayi, jika memungkinkan. Biarkan mereka turut memilih mainan, buku dan pakaian untuk bayi. Anjurkan mereka untuk sering menghabiskan waktu bersama adik bayi Luangkan waktu untuk melakukan aktivitas hanya berdua dengan mereka Berhati-hatilah saat membuat janji kepada kakak, jangan membuat janji jika anda tidak yakin bisa menepatinya. Karena tidak dapat dipungkiri terkadang kebutuhan medis adik bayi merupakan prioritas saat ini. Referensi :1. Tommy’s. Managing relationships after premature birth. 2020. Diunduh dari: https://www.tommys.org/pregnancy-information/premature-birth/coping-with-premature-birth/managing-relationships-after-premature-birth2. Beavis A G. What about brothers and sisters? helping siblings cope with a new baby brother or sister in the NICU. Infant. 2007. Volume 3, Issue 6; page 239-242.3. Hand to Hold. Navigating the NICU as a family: connecting siblings with NICU babies. 2017. Diunduh dari: https://handtohold.org/nicu-sibling-support/
ganar.gatul@gmail.com
06 September 2021
biaya-yang-dibutuhkan-untuk-perawatan-intensif-di-nicu
Dibaca 10 Pengguna
Biaya yang Dibutuhkan untuk Perawatan Intensif di NICU
NICU (Neonatal Intensive Care Unit) merupakan tempat pertama yang akan dituju untuk perawatan para bayi dengan kebutuhan khusus seperti bayi prematur sejak dilahirkan. Tujuan utama seorang bayi dirawat di NICU adalah untuk menjaga kelangsungan hidup bayi yang lahir dalam kondisi lemah sampai tubuhnya mampu beradaptasi sendiri biasanya dari baru lahir hingga usia 30 hari. Bayi yang dirawat dalam ruang NICU memerlukan perawatan khusus di bawah pemantauan tim medis. Dokter dan perawat yang bertugas juga telah terlatih dalam mengurus bayi lahir prematur atau dengan kebutuhan khusus. Tujuannya adalah agar bayi bisa tetap sehat dan dapat pulang kembali ke rumah mereka. Banyak hal yang dapat menentukan berapa lama bayi akan dirawat di ruang NICU. Beberapa pertimbangan ketika bayi sudah diperbolehkan untuk pulang ke rumah, yaitu: Mampu makan tanpa bantuan selang, Bisa bernapas dengan baik tanpa adanya perubahan di organ dalamnya, Mampu mengatur suhu tubuhnya di luar inkubator NICU. Bayi yang harus dirawat ke dalam ruang NICU, tentu membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Bahkan ada biaya yang mencapai Rp10-15 juta/hari karena kebutuhan dan kondisi khusus bayi itu sendiri. Biaya rata-rata perawatan NICU di Indonesia sekitar Rp 500 ribu hingga 2 juta per hari, tergantung jenis kamar, kelengkapan alat-alat, dan jenis perawatan yang dibutuhkan. Dengan jumlah tersebut, masyarakat ekonomi lemah tentu tidak mampu menjangkaunya. Apabila bayi Anda harus mendapatkan perawatan di ruang NICU, pastikan Anda telah mendapatkan informasi yang lengkap mengenai fasilitas, biaya, serta aturan yang diterapkan rumah sakit. Berbagai informasi tersebut dapat Anda dapatkan dari dokter maupun dari petugas di rumah sakit.Sumber :1. Cheah I G S. Economic assessment of neonatal intensive care. Transl Pediatr. 2019. Volume 8(3); page 246-256.2. Narang A, Kiran P S S, Kumar P. Cost of neonatal intensive care in a tertiary care center. Indian Pediatr. 2005. Vol 42(10); 989-997.3. Shanmugasundaram R, Pdamapriya E, Shyamala J. Cost of neonatal intensive care. Indian J Peditr. 1998. Issue 65; 249-255.
ganar.gatul@gmail.com
06 September 2021
post-partum-depression-baby-blues
Dibaca 11 Pengguna
Post Partum Depression Baby Blues
Melihat kurangnya waktu tidur, tanggung jawab dan kewajiban baru, serti kurangnya waktu untuk diri sendiri, tidak heran jika banyak ibu baru merasa emosinya naik turun. Faktanya, depresi ringan dan mood swing adalah hal yang sangat sering dialami oleh ibu baru dan hal ini sering disebut dengan baby blues. Mayoritas wanita mengalami setidaknya beberapa gejala depresi pasca-melahirkan dan baby blues segera setelah melahirkan. Hal ini disebabkan oleh perubahan hormon yang tiba-tiba setelah melahirkan, ditambah dengan stres, kurang tidur, dan kelelahan merawat bayi. Jika gejala hanya muncul beberapa minggu setelah melahirkan ini hanyalah baby blues dan biasanya memang normal dialami ibu baru, namun jika gejala bertahan hingga berbulan-bulan dan malah semakin parah, anda mungkin mengalami hal yang disebut post partum depression. Pada awalnya gelaja post partum depression memiliki gejala yang sama dengan baby blues seperti mood swing, sering merasa sedih bahkan menangis tiba-tiba, sulit tidur, sering merasa lelah, kehilangan nafsu makan atau justru makan lebih banyak dari biasanya, serta mudah tersinggung dan marah. Perbedaannya gejala post partum depression biasanya lebih parah (seperti rasa putus asa, merasa tidak menjadi ibu yang baik, bahkan sampai tidak mau mengurus anak). Gejala lainnya yang mungkin muncul antara lain: Menjadi lebih menarik diri anda dari pasangan, atau merasa tidak memiliki ikatan (bonding) yang cukup dengan bayi Memiliki kecemasan yang berlebihan mengenai bayi anda, padahal tidak terjadi apa-apa dengan bayi anda Selalu merasa bersalah atau tidak berharga yang selalu membebani pikiran anda, bahkan anda terkadang sampai memiliki keinginan untuk bunuh diri Jika anda sudah merasakan gejala ini bahkan hingga lebih dari 2 minggu setelah melahirkan, segera konsultasikan dengan dokter, apalagi jika perasaan tersebut sampai mengganggu dan membuat anda kesulitan merawat bayi dan menjalani aktivias sehari-hari anda. Beberapa mungkin butuh pengobatan khusus seperti psikoterapi dan obat-obatan, namun pasti berbeda-beda bagi tiap penderita. Dan perlu diingat, dukungan keluarga sangatlah penting untuk keberhasilan terapi. Untuk ibu dengan bayi yang lahir prematur, pasti memiliki tekanan emosional yang lebih tinggi, ditambah lagi kondisi sang bayi yang mungkin sangat kurang baik, dan ini pasti menjadi hari-hari buruk untuk anda lewati setiap hari mengingat bahwa bayi anda masih perlu penanganan intensif di rumah sakit. Berikut beberapa hal yang dapat anda lakukan untuk mengurangi rasa stress, menjadi lebih tenang, serta nyaman untuk anda dan juga bayi anda. Fokus untuk apa yang dapat anda lakukan hari ini, lakukan segala pekerjaan yang anda rencanakan hari ini dengan penuh semangat. Usahakan untuk selalu tersenyum, anda bisa menyalurkan perasaan positif k esekitar anda, dan tentunya ke bayi anda. Jangan terburu-buru, lakukan segalanya dengan tenang dan perlahan-lahan. Selalu bicara dan berpikiran positif “Saya disini untuk anak saya, kita pasti bisa melewati semua yang akan terjadi selanjutnya” Luangkan waktu sebentar untuk menarik nafas, relaksasikan otot-otot anda, dan segarkan pikiran anda.
ganar.gatul@gmail.com
06 September 2021
Konsultasi Bersama Pradini