
Bayi prematur, khususnya yang lahir kurang dari 34 minggu, mayoritas lahir dengan keadaan paru-paru yang belum matang. Walaupun dengan kemajuan teknologi dan penelitian di bidang kebidanan untuk membantu pematangan paru, adanya penyulit lain baik dari masalah ibu maupun bayi, membuat bayi prematur berisiko jatuh pada keadaan kerusakan paru kronis yang disebut displasia bronkopulmonal. Keadaan paru kronis tersebut dapat menyebabkan suplai kadar oksigen dalam darah menurun drastis. Hal ini disebut dengan hipoksemia. Bayi prematur dengan hipoksemia tersebut kadang membutuhkan terapi oksigen di rumah setelah pulang dari rumah sakit walaupun sudah mendapatkan terapi yang tepat. Dengan adanya terapi oksigen ini diharapkan dapat menjaga kadar oksigen normal dalam darah sehingga bayi tidak sesak dan pertumbuhan dan perkembangannya terjadi dengan baik.
Bayi yang sudah stabil secara medis serta orang tua yang sudah terlatih merawat bayinya, bisa dipulangkan ke rumah dengan oksigen untuk mencegah terjadinya hipoksemia. Berada di rumah memang lebih nyaman dan menenangkan baik bagi orang tua maupun bagi bayi sendiri. Selain itu, merawat bayi di rumah juga dapat mengurangi biaya perawatan di rumah sakit.
Untuk penggunaan di rumah, mayoritas bayi mendapatkan oksigen melalui nasal canule, sebuah tabung kecil yang memiliki ukuran sesuai dengan ukuran lubang hidung bayi dan disematkan di belakang kepala bayi. Namun ada beberapa bayi yang mendapatkan oksigen melalui mesin CPAP (continuous positive airway pressure) ataupun home ventilator.
Konsultasikan dengan dokter yang merawat bayi tentang beberapa hal, seperti seberapa banyak oksigen yang dibutuhkan oleh bayi per hari, pengaturan kebutuhan oksigen tersebut, mengenali tanda meningkatnya kebutuhan oksigen, serta alat apa yang akan digunakan. Tentu banyak ketentuan yang harus diperhatikan ketika bayi prematur harus pulang dengan oksigen, diantaranya:
1. Pastikan saat di rumah, bayi berada di ruangan dengan ventilasi yang baik. Biarkan pintu tetap terbuka untuk memastikan aliran udara dalam ruangan tetap baik. Jika menggunakan pendingin ruangan ataupun kipas, pastikan rutin dibersihkan atau diservis.
2. Pastikan rumah bebas asap rokok. Pasang tanda dilarang merokok di depan pintu agar para tamu yang datang tahu bahwa tidak diperbolehkan merokok di dalam rumah.
3. Oksigen merupakan gas yang mudah terbakar, sehingga ketika bayi menggunakan oksigen, jaga jarak bayi jauh dari sumber api minimal 2 meter. Pastikan juga tempat penyimpanan tabung cadangan oksigen jauh dari sumber api (seperti kompor, pemanas makanan, radiator, korek api, tabung aerosol).
Bagi para orangtua pastikan sudah benar-benar memahami alat-alat yang akan digunakan di rumah, sebelum bayi pulang meninggalkan rumah sakit. Cara terbaik untuk mempelajarinya adalah dengan meluangkan banyak waktu untuk ikut merawat bayi di neonatal intensive care unit (NICU). Hal ini akan memudahkan orangtua untuk belajar dari perawat dan tim yang merawat bayinya, tanyakan sebanyak-banyaknya apa yang ingin diketahui atau masih belum jelas terkait perawatan bayi kepada mereka. Belajarlah cara untuk melakukan isap lendir, terapi inhalasi dengan nebulizer, dan fisioterapi dada untuk bayi selama proses transisi sebelum pulang. Jadwalkan kontrol rutin untuk memastikan penggunaan oksigen pada bayi anda sudah benar sekaligus mengevaluasi fungsi paru-parunya. Mungkin beberapa hal ini cukup baru, sulit, dan terasa melelahkan bagi para orangtua dan pengasuh. Oleh karena itu, gunakanlah kesempatan sebanyak mungkin untuk bertanya saat berkonsultasi dengan dokter dan perawat yang merawat bayi.
Referensi:
1. Balfour-Lynn IM, Primhak RA, Shaw BNJ. Home oxygen for children: who, how and when? Thorax.. 2005;60:76-81.
2. Dewi R. Terapi oksigen pada anak. Best Practices in Pediatrics. 2013;94-101.


