
Jumlah zat besi tubuh pada bayi baru lahir kira-kira 75 mg/kg dengan sebagian besar berada di dalam darah sehingga semakin kecil bayi, semakin rendah simpanan zat besi mereka. Risiko kekurangan zat besi diperparah dengan prosedur pengambilan sampel darah untuk pemeriksaan laboratorium. Defisiensi zat besi pada bayi dan anak-anak bisa menimbulkan masalah perkembangan yang serius. Zat besi diperlukan untuk pembentukan hemoglobin, karenanya di dalam tubuh terdapat simpanan zat besi. Zat besi juga berperan penting dalam perkembangan dan pertumbuhan imunitas dan saraf, serta dalam regulasi metabolisme energi dan kerja otot. Defisiensi zat besi pada 2 tahun pertama kehidupan dapat menyebabkan gangguan pertumbuhan, penurunan kecerdasan, gangguan perkembangan motorik dan emosional
Defisiensi zat besi pada bayi bisa diatasi dengan pemberian suplementasi zat besi. Suplementasi bisa diberikan dalam bentuk oral drops, formula kaya zat besi, susu kaya zat besi, makanan,atau daging .
Simpanan zat besi terbentuk pada trimester 3 kehamilan, sehingga bayi prematur sering kali tidak mempunyai cukup simpanan zat besi. Bayi dengan BBLR juga mengalami hal ini. Karena itu dianjurkan untuk pemberian suplementasi zat besi pada bayi prematur dan BBLR mulai dari usia 2 bulan sampai usia 12 bulan. Namun dilaporkan bahwa suplementasi zat besi tidak memengaruhi perkembangan fisik maupun neuro-developmentalnya. Tapi suplementasi zat besi bisa meningkatkan konsentrasi maupun simpanan zat besi setelah usia 2 bulan dan menurunkan risiko terjadinya anemia pada bayi prematur atau BBLR yang ditunjukkan dengan adanya perbaikan parameter hematologis
Dosis suplementasi zat besi yang tepat untuk bayi tidak pasti, namun dosis yang direkomendasikan adalah tidak lebih dari 2 mg/kgBB/hari. Suplementasi zat besi dengan dosis lebih tinggi pada bayi prematur dan berat badan lahir rendah (BBLR) tidak memberikan manfaat yang lebih baik dibandingkan dosis yang lebih rendah.
Namun di sisi lain terdapat risiko pemberian suplementasi besi yang berlebihan antara lain peningkatan risiko infeksi, pertumbuhan yang buruk dan gangguan penyerapan mineral lain. Ada juga risiko potensial pembentukan radikal bebas yang meningkatkan risiko ROP. Suplementasi zat besi yang berlebihan pada bayi prematur diduga bisa memicu atau memperburuk kondisi seperti necrotizing enterocolitis atau retinopati akibat prematuritas. Karena metabolisme yang belum matur, mungkin akan terjadi akumulasi zat besi pada bayi prematur akibat suplementasi yang mungkin akan menjadi faktor predisposisi gangguan neurodegenerasi pada masa dewasa. Karena itu, suplementasi zat besi pada bayi prematur perlu pertimbangan dan monitoring ketat. Pemberian suplementasi zat besi untuk bayi prematur biasanya ditunda hingga usia 6-8 minggu.
Bila memang terdapat faktor risiko dan indikasi untuk pemberian suplementasi, maka suplementasi sebaiknya diberikan. Namun sebaiknya konsultasikan terlebih dahulu mengenai hal ini dengan dokter.
Referensi :
1. Mills RJ, Davies MW. Enteral iron supplementation in preterm and low birth weight infants. Cochrane Neonatal Group, editor. Cochrane Database Syst Rev 2012
2. IDAI. Rekomendasi Ikatan Dokter Anak Indonesia: Suplementasi Besi Untuk Anak. 1st ed. Jakarta: Badan Penerbit IDAI; 2011. (http://idai.or.id/wp-content/uploads/2013/02/Rekomendasi-IDAI_Suplemen-Zat-Besi.pdf)
3. WHO. Guideline daily iron supplementation in infants and children. Geneva: World Health Organization; 2016.


